Apakah keong sawah mengandung racun? – Jakarta: Pemerhati Keamanan Pangan Eddy Setyo Mudjajanto mengungkap pada dasarnya keong sawah tidak beracun. Keong berukuran kecil yang bertebaran di area persawahan itu justru bisa dijadikan sumber protein alternatif selain daging atau ikan. ” Keong sawah tidak beracun selama pengolahannya benar.
Contents
Berapa lama waktu merebus keong sawah?
KONTAN. CO. ID – JAKARTA, Keong sawah sudah lama menjadi salah satu sumber protein masyarakat Indonesia terutama di pedesaan. Tapi, masih banyak masyarakat yang belum tahu cara mengolah keong sawah dengan benar. Salah mengolahnya, keong sawah, yang juga populer dengan sebutan tutut, malah akan beracun dan berakibat buruk bagi kesehatan.
Melansir Tribunnews, sebelum diolah, rendam keong sawah yang Anda beli dengan air bersih selama kurang lebih 2 jam. Setelah direndam, sikat cangkang menggunakan sikat gigi bekas agar sisa lumpur dan lumut hilang. Setelah disikat, bilas dengan air bersih. Kemudian, rebus keong sawah dengan sedikit garam selama lebih dari 30 menit agar bakteri dan kuman mati.
Setelah direbus, keong sawah siap untuk diolah kembali dengan bumbu-bumbu. Baca Juga: 5 resep masakan mudah dan awet disimpan yang praktis untuk sarapan Biar lebih nikmat, berikut adalah resep rica keong sawah khas Solo yang bisa Anda coba: Bahan:
- 250 gram keong sawah siap masak 1 ruas lengkuas 2 lembar daun jeruk 2 lembar daun salam
Bumbu halus:
- 5 butir bawang merah 2 siung bawang putih 10 cabai rawit merah 1 cabai merah besar 1 ruas jahe 1 butir kemiri
Baca Juga: Kenapa orang Indonesia suka nasi goreng? Ini alasannya Cara membuatnya:
- Haluskan semua bumbu halus Panaskan minyak lalu tumis bumbu halus dengan lengkuas, daun jeruk, dan daun salam hingga harum. Masukkan daging keong sawah yang sudah direbus dan tambahkan air. Aduk-aduk dan tumis hingga air berkurang. Anda bisa langsung menyajikannya dengan nasi panas, atau ditusuk seperti sate lalu dibakar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Apa hukumnya makan keong sawah?
Keong Sawah yang populer di masyarakat disebut “Tutut” itu termasuk hewan air. Tidak hidup di dua alam, meskipun ia bisa hidup di darat selama beberapa saat akan tetapi keong sawah ini bukan jenis hewan Barma’iyyun, ungkapan dengan gabungan dari kata Barrun artinya daratan, dan Maa’un bermakna air, atau hewan yang hidup di dua alam.
- Berbeda dengan siput atau bekicot, jenis keong juga, yang hidup di darat, dan ada yang menyatakannya menjijikkan, bahkan mengandung zat racun yang berbahaya bila dikonsumsi.
- Secara umum, Keong sawah juga tidak mengandung unsur Khobaits, atau lebih spesifik lagi unsur Istiqdzar, hal yang dianggap menjijikkan.
Menurut Imam Hanafi dan Maliki, hewan meskipun dianggap hidup di dua alam, namun ia tetap dihukumi satu dengan melihat kondisi faktualnya. Kalau hewan itu lebih banyak hidup dan berkembang biak di air, sebagai indikatornya, maka dihukumi sebagai hewan air.
Apakah keong mas itu beracun?
BERITA DIY – Simak artikel ini untuk cara memasak sate Keong mas agar tidak beracun dan aman saat dikonsumsi, dijamin lezat bikin ketagihan. Keong Mas adalah salah satu hewan air yang mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, sehingga banyak masyarakat yang familiar dengan hewan ini.
- Bahkan masyarakat banyak mengkonsumsi Keong Mas sebagai salah satu alternatif sebagai sumber protein yang layak dicoba.
- Eong Mas memiliki rasa gurih dan bertekstur kenyal.
- Baca Juga: Resep Kue Nastar Nanas Tanpa Oven dan Takaran Sendok: Cocok untuk Ide Jualan Jelang Lebaran Tetapi saat memasak Keong Mas tidak tepat, bukan menjadi sumber protein tetapi bisa sumber racun dan membuat mabuk yang mengkonsumsinya.
Dalam tubuh Keong Mas tidak hanya protein yang layak konsumsi tetapi beberapa zat yang berbahaya, seperti asam oksalat, asam hidrosianat, dan asam tanin. Untuk itu, dalam memasak Keong Mas diperlukan beberapa teknik maupun cara untuk mengolahnya agar menjadi masakan lezat dan aman saat dikonsumsi,
Bahayakah keong sawah?
Bahayanya Konsumsi Keong Sawah Berlebih – Hampir setiap makanan selama ini kita konsumsi pastinya memiliki efek samping bila dimakan berlebihan. Seperti halnya keong sawah atau siput air, dengan tempat bersarang yang penuh air dan lumpur. Kemungkinan besar menyebabkan cacingan, karena berada di tempat tumbuhnya telur dan cacing dengan mudah, salah satunya jenis cacing schistosoma,
- Cacing ini akan membuat penderita mengalami diare Panjang dan peradangan.
- Rasa sakit selanjutnya bisa berupa mual dan muntah karena makan keong sawah berlebihan.
- Itulah beberapa manfaat keong sawah bagi kesehatan yang patutu untuk coba dikonsumsi.
- Namun, pastikan untuk mengonsumsi dengan kadar yang tepat dan dicuci sangat bersih sebelum diolah.
Kemudian seimbangkan pula dengan asupan sayur dan buah. Semoga bermanfaat.
Berapa lama merendam tutut sebelum dimasak?
Tutut. (Foto: Okezone) KASUS keracunan makanan yang tengah dialami warga Bogor kini tengah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Menanggapi isu tersebut, Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, telah menetapkan kasus keracunan yang disebabkan oleh konsumsi tutut (keong sawah) ini sebagai kejadian luar biasa (KLB).
- Hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan olahan keong sawah itu memiliki kandungan racun hingga memaksa puluhan orang dilarikan di rumah sakit.
- Diduga, keong sawah yang diambil dari dekat persawahan dapat menyimpan sisa pestisida yang dapat membahayakan tubuh manusia.
- Asumsi tersebut diperkuat oleh pengakuan para pengepul tutut yang berasal dari daerah Depok, Jawa Barat.
Mereka mengatakan, keong sawah atau tutut yang biasa dimasak sebagai makanan ternyata tidak lagi diambil dari sawah. Juru masak legendaris Indonesia, Sisca Soewitomo, mengaku gemar mengonsumsi tutut karena memiliki cita rasa gurih yang khas dan merupakan sumber protein bagi tubuh. “Dari dulu saya suka sekali makan keong sawah atau tutut. Tapi mungkin karena perkembangan zaman yang semakin baju, teknologi semakin canggih, jadi pestisida yang digunakan cenderung menimbulkan efek samping bagi kesehatan,” ungkap Sisca Soewitomo saat dihubungi Okezone,
- Buntut dari kasus keracunan ini membuat Pemerintah Kota Bogor menghimbau para warganya untuk selektif dalam memilih menu berbuka puasa selama Ramadan.
- Namun, adakah cara yang tepat untuk mengolah tutut agar aman dikonsumsi? Okezone berhasil merangkum 3 tipsnya, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.
Rendam dengan air bersih Mengingat habitat keong sawah berasal dari tempat yang cenderung kotor seperti sawah, pinggiran danau, dan sungai, langkah pertama yang harus Anda lakukan sebelum mengolahnya adalah membersihkan bahan makanan tersebut. Rendamlah dengan air bersih selama 2 jam, sambil menyikat cangkangnya hingga bersih dan tidak ada satu pun kotoran yang menempel pada bagian tubuhnya. Menurut Ibu Sisca Soewitomo, keong sawah atau tutut sebaiknya direndam di dalam air kapur sirih agar kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya hilang. “Orang-orang zaman dulu sering merendam keong sawah di dalam air kapur sirih sebelum dimasak. Mungkin ini salah satu cara untuk menghilangkan kotoran dan bakteri penyakit,” tutur Sisca Soewitomo.
Apakah keong sawah menyebabkan darah tinggi?
Cegah Hipertensi – Rajin mengkonsumsi tutut atau keong sawah, bisa mencegah anda terkena hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi. Kandungan lipid dalam tutut, sangat bermanfaat mencegah hipertensi.
Kenapa orang hamil tidak boleh makan keong sawah?
Bolehkah Ibu Hamil Makan Tutut? – Tidak apa-apa kalau ibu hamil makan tutut. Akan tetapi, cara membersihkan dan mengolahnya perlu diperhatikan. Jika masih kotor, ada risiko infeksi yang mengintai ibu hamil, terutama infeksi saluran pencernaan. Kalau penyakit tersebut terjadi, ibu dapat mengalami berbagai gejala seperti diare, nyeri perut, dan dehidrasi,
Tentunya gangguan ini bisa berdampak pada kesehatan janin. Hal yang tak kalah pentingnya adalah memastikan keong sawah diolah saat air cuciannya benar-benar bersih. Lalu, konsumsilah ketika benar-benar matang. Mengapa tutut harus dipastikan bersih dan matang? Pasalnya, ada beberapa risiko infeksi akibat memakan tutut yang tidak matang.
Makan tutut yang tidak matang bisa menyebabkan infeksi cacing, Tidak menutup kemungkinan si siput juga membawa telur cacing. Hal ini bisa mengakibatkan infeksi saluran cerna, muntah-muntah, pusing, dan demam tinggi pada ibu hamil. Artikel lainnya: Panduan Makan Sehat untuk Ibu Hamil
Halalkah bekicot dan keong?
Bekicot Halal Dimakan Menurut MUI – Meski demikian, polemik haram atau tidaknya bekicot tetap berlanjut hingga sekarang. Sebab, ada pula yang memiliki pandangan bahwa bekicot halal untuk dimakan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bahwa halal hukumnya bagi umat muslim untuk mengonsumsi bekicot.
- Pandangan ini merujuk pada anggapan bahwa bekicot adalah hewan yang menjijikkan hanya berlaku bagi sebagian orang saja.
- Menjijikkan atau tidak sifatnya relatif dan berbeda-beda tiap orang, oleh karena itu, MUI pun memutuskan bahwa hewan ini boleh disantap oleh umat muslim.
- Mengutip situs resmi MUI, bekicot halal untuk dimakan karena alasan yang telah disebutkan di atas.
Karena penilaian menjijikkan atau tidak adalah sesuatu yang belum pasti maka hukumnya juga tidak mengikat. Sementara, jika hukumnya tidak mengikat maka akan kembali pada hukum asal yaitu mubah. “Karena menjijikkan bagi seseorang, mungkin tidak bagi yang lain. Atau bahkan justru dibutuhkan bagi orang yang lain lagi. Jadi hal ini juga tidak bisa dijadikan sebagai landasan hukum yang pasti dan mengikat. Kalau tidak ada dalil atau nash yang jelas, maka menurut kaidah Fiqhiyyah, kembali kepada hukum asal, yakni mubah: Al-ashlu fil-Asyyaa’i al-Ibahah, hukum asal segala sesuatu adalah mubah atau dibolehkan,” tulis MUI dalam laman resminya.
Meski demikian, konsumsi bekicot bisa dilarang apabila beracun dan membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, MUI menganjurkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai nutrisi yang ada di dalam bekicot. Namun, berdasarkan penjelasan para pakar, kandungan dalam bekicot hampir sama seperti empedu ayam, sapi, dan kambing.
Jadi, bahan yang beracun itu pun masih bisa dinetralisir apabila diolah dengan cara yang tepat.
Apakah keong sawah menyebabkan asam urat?
Konsumsi keong sawah sejatinya tidak dilarang mutlak untuk dilakukan pada penderita asam urat tinggi (hiperuricemia). Akan tetapi, kandungan purin dalam keong sawah sejatinya cukup tinggi, sehingga bisa memicu perburukan komplikasi pada penderita hiperuricemia.
Tutut sawah obat apa?
BAGIKAN BERITA – Mengonsumsi keong sawah atau tutut banyak sekali manfaatny bagi tubuh. Selain tidak beracun, keong sawah atau tutut sering kita jumpai di sawah, sungai, atau kolam. Bagi anda yang belum pernah, coba mulai konsumsi keong sawah. Selain rasanya yang unik dan lezat, tutut memiliki banyak kandungan nutrisi dan gizi yang baik untuk tubuh, nilai gizinya mengalahkan kandungan gizi Lobster.
- Menurut penelitian para ahli, keong sawah atau tutut mengandung kalsium yang lebih tinggi ketimbang susu.
- Yakni sebanyak 217 mg kalsium terdapat dalam daging tutut tersebut.
- Baca Juga: Aldebaran Difitnah Menghamili Elsa, Tagar Elsa Trending di Twitter Selain itu tutut juga mengandung kadar protein yang tinggi, kandungan mineral dan kolesterol.
Nilai gizinya bahkan melebihi lobster. Dilansir dari berbagai sumber berikut 8 manfaat Tutut atau Keong Sawah untuk Kesehatan tubuh.1. Dapat Mencegah Kanker Kanker diakibatkan karena radikal bebas dan rusaknya sel-sel pada organ tertentu di tubuh. Sehatnya tubuh memerlukan regenerasi sel yang normal, semakin cepat regenerasi maka semakin bagus bagi kesehatan.
- Andungan vitamin dan nutrisi dari tutut yang lengkap, sangat baik untuk membantu regenerasi dan menjaga kekebalan tubuh sebagai pencegahan kanker.
- Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta Malam Ini Sabtu 5 Desember di RCTI, Elsa Fitnah Aldebaran yang Hamilinya 2.
- Menjaga Kekebalan Tubuh kandungan vitamin A, C yang tinggi serta asam folat ditambah dengan nutrisi yang terdapat dalam tutut atau keong air.
Hal ini dapat memberikan memnfaat yang baik untuk menjaga sistem kekebalan tubuh.
Apa bedanya keong mas dan keong sawah?
Oleh : Atep Afia Hidayat – Secara morfologi atau zoologi, keong racun, keong sawah dan keong emas termasuk kelas moluska. Nama beken lain dari keong ialah siput, ada siput dengan cangkang ada juga siput bugil (tidak memiliki cangkang). Orang pedesaan di Jawa (Tengah dan Timur) menyebut keong bugil sebagai resrespo.
- Habitat siput sebenarnya sangat luas, mulai perairan tawar, payau sampai lautan yang dalam.
- Siput atau keong umumnya makan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya.
- Lantas, apa bedanya keong racun, keong sawah dan keong emas ? Keong emas atau keong mas memiliki nama latin Pomacea canaliculata Lamarck.
- Dibeberapa daerah keong mas dikenal sebagai siput murbai.
Jenis siput ini berasal dari Amerika Latin, masuk Asia Tenggara sekutar tahun 1980-an, awalnya diperkanalkan sebagai jenis makanan protein hewani baru. Ternyata hewan ini berkembang-biak dengan pesat, sehingga berubah menjadi hama potensial bagi tanaman padi berusia muda di negara-negara Indonesia, Filipina, Kamboja, Thailand dan Vietnam.
Dibeberapa daerah hama keong emas menjadi musuh utama para petani padi, sehingga untuk mengendalikannya ditempuh berbagai cara, mulai dari pemungutan keong dan penghancuran telurnya, penggunaan semut merah semut merah untuk memakan telor keong, penggunaan bebek untuk memakan keong muda, penggunaan tanaman beracun, sampai penggunaan pestisida.
Hal itu karena kemampuan berkembang-biak keong emas yang luar biasa, sebagai gambaran seekor keong emas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur dalam sekali siklus hidup (berkisar antara 60 – 80 hari). Ternyata setiap kelompok telur berisi 300 – 500 butir.
- Pertambahan populasi yang luar biasa, di mana seekor keong mas dewasa bisa menghasilkan 1000 – 1200 telur dalam setiap bulannya.
- Adapun keong sawah dengan nama latin Pila ampullacea, di Jawa Barat dikenal sebagai tutut, merupakan siput air yang memiliki habitat di perairan tawar.
- Tersebar di sawah, parit, sungai dan danau.
Keong sawah atau tutut dikenal dengan juga dengan sebutan siput air, keong gondang, atau siput sawah. Ada kemiripan dan kekerabatan antara keong mas atau keong murbai dengan keong sawah, masih berkerabat. Namun keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam, dengan ukuran lebih kecil.
Sedangkan keong mas cangkannya berwarna lurik kecoklatan. Keong sawah, siput sawah, siput air atau tutut merupakan makanan yang lezat, memiliki kadar protein yang tinggi. Keong sawah yang layak konsumsi terutama yang diambil atau dipanen di sekitar kolam, parit atau danah, sedangkan yang diambil di sekitar sawah agak berisiko, karena mengandung kadar pestisida dalam tubuhnya.
Adapun keong racun, nama yang sempat dipopulerkan Sinta dan Jojo melalui situs web You Tube dengan lebih dari 5 juta views, adalah istilah yang digunakan petani seperti di Karawang, untuk keong emas. Para petani sibuk mencari “racun keong” untuk membasmi keong racun tersebut. Lihat Pendidikan Selengkapnya Beri Komentar Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.
Apakah keong mas bisa dimasak?
Sawah identik dengan padi. Di Indonesia, kebanyakan lahan persawahannya memang ditanami padi. Di Jember sendiri biasanya bergantian, tergantung musimnya. Jika masuk musim kemarau, biasanya para petani akan menanam tembakau atau cabai. Tapi, kalau musim hujan seperti sekarang, pasti tanaman padi yang jadi pilihan.
- Nah, tahukah kalian kalau sawah yang sedang ditanami padi itu nggak hanya menghasilkan beras? Ada bahan pangan lain yang sebenarnya bisa menjadi olahan masakan yang lezat.
- Di mata orang kota, mungkin tak pernah kepikiran bahwa hewan ini bisa dimakan.
- Bahkan diolah menjadi sebuah kuliner yang menggugah selera.
Mungkin saat lewat di pinggir sawah, kalian sering melihat benda berwarna merah muda yang menempel di batang padi. Itu adalah telur keong mas. Jika jumlah keong mas dalam sebuah petak tanah tak terlalu banyak, sebenarnya nggak jadi masalah bagi para petani.
- Lain ceritanya jika jumlah keong mas membeludak.
- Jika itu terjadi, hewan tersebut sudah termasuk hama karena bisa mengganggu produktivitas padi yang dihasilkan.
- Untuk mengatasi masalah tersebut, keong mas yang membeludak harus diburu.
- Arena gerakannya yang lambat, keong mas sangat mudah ditangkap.
- Meski hama, keong mas juga bisa diolah jadi masakan yang sangat lezat, Misalnya, tumis keong atau sate keong.
Pertama, keong mas harus direbus terlebih dahulu. Proses perebusan ini untuk mempermudah mengeluarkan keong dari cangkangnya. Setelah direbus, diamkan sebentar supaya agak turun suhunya, lalu congkel keluar daging keong dari cangkangnya. Tidak semua bagian tubuh keong bisa dimakan.
Daging yang keluar biasanya masih menyangkut dengan organ dalam dan kotoran. Jika termakan, bagi orang yang tak terbiasa, kotoran itu bisa menyebabkan sakit perut. Oleh karena itu, penting untuk mencuci bersih semua kotoran, lebih baik dengan air mengalir. Setelah itu, daging yang sudah tercuci bersih bisa diolah menjadi tumis keong, sate keong, atau sekadar keong goreng.
Untuk membuat tumis keong, bumbu-bumbu yang digunakan bisa sesuai selera. Biasanya, warga desa kami memakai bumbu sederhana seperti garam, gula, micin, bawang merah, dan bawang putih. Potong-potong semua bahan lalu tumis bersama. Jangan lupa masukan garam, sedikit gula, dan micin.
Sementara untuk membuat sate keong, selain daging keong tentu harus menyiapkan tusuk sate. Tusuk daging keong yang telah dipotong kecil-kecil. Satu tusuk sate bisa berisi tujuh sampai sepuluh potong daging keong. Siapkan bumbu sate yang terbuat dari campuran kecap, minyak goreng, dan bawang putih. Oleskan bumbu dan bakar sate di atas arang sampai matang.
Cara masak keong goreng lebih sederhana. Cukup siapkan daging keong yang sudah dibersihkan, beri bumbu racikan garam dan bawang putih yang dilarutkan dalam air. Masukkan daging keong ke dalam bumbu, kemudian goreng dengan minyak panas sampai garing. Keong krispi yang gurih siap dimakan.
Apakah wanita hamil boleh makan keong sawah?
Cara Makan Tutut yang Aman bagi Ibu Hamil – Mengingat habitatnya di sawah, mencuci keong sawah sampai bersih adalah pencegahan utama yang perlu dilakukan agar tubuh ibu hamil tidak teracuni. Memang lebih mudah bila kita membeli tutut yang sudah diolah dan siap makan. Akan tetapi, kebersihan saat pengolahan dan penyajiannya tidak dapat dipastikan.
Apakah bekicot sawah bisa dimakan?
Bekicot Halal Dimakan Menurut MUI – Meski demikian, polemik haram atau tidaknya bekicot tetap berlanjut hingga sekarang. Sebab, ada pula yang memiliki pandangan bahwa bekicot halal untuk dimakan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bahwa halal hukumnya bagi umat muslim untuk mengonsumsi bekicot.
Pandangan ini merujuk pada anggapan bahwa bekicot adalah hewan yang menjijikkan hanya berlaku bagi sebagian orang saja. Menjijikkan atau tidak sifatnya relatif dan berbeda-beda tiap orang, oleh karena itu, MUI pun memutuskan bahwa hewan ini boleh disantap oleh umat muslim. Mengutip situs resmi MUI, bekicot halal untuk dimakan karena alasan yang telah disebutkan di atas.
Karena penilaian menjijikkan atau tidak adalah sesuatu yang belum pasti maka hukumnya juga tidak mengikat. Sementara, jika hukumnya tidak mengikat maka akan kembali pada hukum asal yaitu mubah. “Karena menjijikkan bagi seseorang, mungkin tidak bagi yang lain. Atau bahkan justru dibutuhkan bagi orang yang lain lagi. Jadi hal ini juga tidak bisa dijadikan sebagai landasan hukum yang pasti dan mengikat. Kalau tidak ada dalil atau nash yang jelas, maka menurut kaidah Fiqhiyyah, kembali kepada hukum asal, yakni mubah: Al-ashlu fil-Asyyaa’i al-Ibahah, hukum asal segala sesuatu adalah mubah atau dibolehkan,” tulis MUI dalam laman resminya.
Meski demikian, konsumsi bekicot bisa dilarang apabila beracun dan membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, MUI menganjurkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai nutrisi yang ada di dalam bekicot. Namun, berdasarkan penjelasan para pakar, kandungan dalam bekicot hampir sama seperti empedu ayam, sapi, dan kambing.
Jadi, bahan yang beracun itu pun masih bisa dinetralisir apabila diolah dengan cara yang tepat.