DARI banyak surga kuliner di Yogyakarta, Sasanti Restaurant merupakan salah satunya. Restoran dengan bangunan jog lo dan taman yang asri ini menyajikan sederet masakan khas berbagai daerah di Nusantara. Kelezatan masakannya bahkan membuat Presiden Singapura, Halimah Yacob, mampir saat melawat ke Yogyakarta, Februari lalu.
Salah satu masakan laris di Sasanti Restaurant ialah buntil. Sajian yang sedianya berbahan baku sayur daun singkong atau daun pepaya, dieskalasi dengan isian salmon. Senin (1/6), Emmy Pratiwi, pemilik Sasanti, membeberkan cara memasak buntil ala rumahan dalam acara siaran langsung di akun Instagram Emmy Pratiwi dan William Wongso.
Emmy menjelaskan, selain dari daun singkong dan pepaya muda, bahan baku untuk membuat buntil juga biasanya bisa menggunakan daun talas (lumbu). Untuk membuat sajian buntil ala rumahan, dalam acara itu Emmy menggunakan daun pepaya muda. Tidak kalah penting, tentu isiannya, yaitu parutan kelapa muda dan teri.
- Untuk membuat isiannya, ada bawang merah, bawang putih, cabai, dan teri diulek bersama.
- Setelah itu, kelapa (setengah muda) dimasukkan,” kata Emmy.
- Bila Anda menggunakan daun pepaya muda, ada trik yang bisa digunakan untuk sedikit mengurangi pahit daunnya, yaitu dengan merebus daun pepaya bersamaandengan daun singkong.
Meski tidak menghilangkan rasa pahit, trik ini disebut mampu mengurangi pahit daun pepaya. Setelah isian siap, lalu dimasukkan ke daun pepaya dengan ukuran gulungan kecil. Lazimnya, ukuran dan bentuk satu buah buntil biasanya cukup besar. Emmy menggunakan ukuran gulungan yang cukup kecil.
Setelah semua isian masuk di gulungan daun pepaya, saatnyauntuk mengukusnya selama kurang lebih 15 menit. “Sambil menunggu kukusan matang, kita bikin kuahnya. Untuk bumbu kuah, bahannya ada bawang putih, bawang merah, cabai besar merah dan hijau dipotong. Jangan lupa petai yang paling penting,” ingatnya kepada pengikut akunnya.
Untuk membuat kuah buntil, potongan bawang merah dan bawang putih ditumis sampai harum, lalu masukkan potongan cabai hijau dan merah. Saat menumis, bubuhkan garam secukupnya. Setelah menguar aroma wangi, kemudian masukkan daun salam. Lengkuas juga menjadi pelengkap untuk kuah buntil ini.
- Selain itu, juga ada udang yang bisa diganti dengan teri medan.
- Setelah semua bahan dan bumbu masuk, terakhir ialah santan.
- Saat mengaduknya, bisa ditambahkan gula sesuai selera.
- Emudian, masukkan kukusan daun pepaya yang sudah ada isiannya.
- Jika sudah mendekati matang, barulah cabai rawit dan petai dimasukkan.
Masak terus hingga kuahnya agak sedikit kental. Barulah buntil bisa diangkat. Sebagai informasi, resep buntil ini bisa di-frozen. Saat ingin menyantapnya kemudian, bisa dikukus kembali. Bumbu serupa Bumbu-bumbu yang digunakan untuk membuat buntil pun bisa dimanfaatkan untuk membuat sajian makanan lain.
Contents
Buntil terbuat dari apa?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Buntil ( bahasa Jawa : ꦧꦸꦤ꧀ꦛꦶꦭ꧀, translit. Bunṭil ) adalah makanan tradisional Jawa berupa “parutan daging kelapa yang dicampur dengan teri dan bumbu-bumbu, dibungkus daun pepaya, kemudian direbus dalam santan, Makanan ini biasa dijajakan di pasar maupun pedagang kaki lima sebagai lauk untuk nasi,
Buntil dideskripsikan sebagai “parutan kelapa dengan ikan teri yang dibungkus daun pepaya”, buntil sebenarnya adalah semacam bothok yang dibungkus dengan daun muda singkong dan diberi sedikit cairan kuah pedas yang terbuat dari santan, Isinya adalah parutan kelapa yang diberi bumbu. Daun pembungkus yang lain yang sering digunakan adalah daun talas atau daun sente,
Berbeda dengan bothok, daun pembungkus pada buntil juga dapat turut dikonsumsi. Di daerah Laut Tengah (terutama dari Yunani dan Turki ) dikenal pula makanan semacam buntil dengan pembungkus daun anggur muda dan diisi dengan nasi,
Kenapa di namakan buntil?
Mengenal Buntil, Makanan Khas Jawa Oleh: Amanda Fathin Furroyda Mahasiswi Prodi PGMI STAINU Temanggung Buntil Sebagai masyarakat Jawa pasti nama buntil sudah tidak asing lagi. Makanan ini begitu merakyat hampir semua penduduk Jawa tahu apa itu buntil.
- Namun tidak semua orang tahu mengapa makanan tersebut dinamakan dengan buntil.
- Oleh karena itu saya akan menceritakan sejarah singkat mengenai makanan tersebut mengapa diberi nama ‘buntil’.
- Sebelum saya meceritakan sejarah makanan terseebut saya akan menjelaskan sebenarnya buntil itu apa.
- Buntil adalah makanan yang terbuat dari parutan kelapa yang dicampur dengan petai manding atau tempe kemudian dibungkus menggunakan daun talas benak.
Dalam pembungkusannya tersebut kemudian daun talas diuntil-until (diikat-ikat) menggunakan bambu yang sudah dipotong dan ditipiskan sehingga dapat digunakan untuk mengikat, maka dari itu kata diuntil-until digunakan nama buntil maksudnya bungkusan yang diuntil-until.
- Walaupun makanan tersebut terbilang makanan sederhana namun makanan tersebut masih eksis dan menjadi salah satu makanan favorit di kalangan masyarakat Jawa.
- Salah satu alasannya karena keunikan dari cara penyajian makanan tersebut, selain itu makanan ini juga memiliki ciri khas yang berbeda dari makanan lain, karena didalam makanan tersebut terdapat berbagai rasa dari rasa manding atau tempenya yang dicamur dengan parutan kelapa dan juga ditambah dengan campuran bumbu-bumbu dapur yang begitu pas dilidah orang Jawa namun diluarnya terdapat sayur yang membungkus berbagai macam sayur didalamnya dengan tekstur yang lembut dapat memudahkan penikmat menikmati makanan tersebut tanpa kesulitan untuk memotong makanan tersebut.
Sebenarnya makanan tersebut tanpa harus dipromosikan terlebih dahulu memang makanan tersebut merakyat sehingga dengan sendirinya makanan tersebut dapat dikenal oleh banyak orang. Makanan tradisional merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat. Sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan makanan-makanan tradisional yang ada di daerah-daerah setempat seperti makanan buntil ini.
Apakah klepon khas Jawa Tengah?
Buntil daun talas dan batangnya dibuat tumis
4. Klepon – Klepon adalah makanan tradisional Jawa yang termasuk dalam kelompok jajanan pasar. Klepon dibuat dari tepung beras ketan yang dibentuk menjadi bola-bola. Rasanya manis karena mengandung gula jawa. Sebagai pewarna, daun pandan digunakan untuk menghasilkan warna hijau.
Merujuk pada buku Etnografi Kuliner: Makanan Dan Identitas Nasional, warna hijau klepon memiliki makna tersendiri tentang kesederhanaan dan kesuburan. Oleh sebab itu, jajanan klepon pada zaman dahulu kerap dihadirkan sebagai panganan dalam setiap acara tasyakuran. Selain itu, baluran kelapa pada bagian luar melambangkan adanya tahapan untuk mencapai kebahagiaan.
Makanan klepon juga mengajarkan etika untuk makan dengan mulut tertutup dan tidak boleh sambil berbicara.